JAKARTA — Orang tua dari atlet Muaythai Nasional, Sarah Avilia, memberikan klarifikasi atas pemberitaan yang beredar terkait dugaan sikap tidak beretika yang disematkan kepada putrinya. Ia menegaskan bahwa informasi tersebut tidak benar dan bersifat fitnah.
Dalam pernyataannya, orang tua Sarah menyampaikan bahwa putrinya justru mengalami diskriminasi dan perlakuan tidak adil dari sejumlah pengurus organisasi Muaythai. Kasus ini, menurutnya, kini sedang dalam proses di Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) untuk mendapatkan perlindungan sebagai atlet nasional.
“Pemberitaan itu isinya fitnah. Anak saya memang didiskriminasi. Saat ini sedang diproses oleh Kemenpora untuk mendapatkan perlindungan atlet karena perlakuan para pengurus Muaythai,” ujar orang tua Sarah kepada nitikan.id dalam keterangan tertulisnya, Minggu (29/9).
Ia menjelaskan bahwa segala informasi yang disampaikan sudah berdasarkan data dan kronologi kejadian yang siap dibuktikan. Bahkan, dirinya telah melaporkan dugaan pelanggaran tersebut ke Komnas HAM, serta tengah menunggu jadwal untuk Rapat Dengar Pendapat di Komisi X DPR RI.
“Masalah ini tidak bisa diselesaikan di internal organisasi Muaythai. Sangat disayangkan, kasihan nasib atlet Indonesia,” tambahnya.
Lebih lanjut, ia menyayangkan sikap sejumlah pengurus yang dinilai tidak tanggap terhadap persoalan yang dihadapi atlet. Ia menilai, bila sejak awal Ketua Pengprov memediasi semua pihak secara terbuka, persoalan ini bisa selesai tanpa harus meluas ke publik.
“Kalau sejak awal Ketua Pengprov peka, undang kami semua secara resmi, sampaikan masalahnya, putuskan secara adil, selesai. Jadi saya tidak perlu ke sana kemari mencari keadilan,” tegasnya.
Orang tua Sarah juga menggambarkan keseharian sang atlet yang dikenal disiplin dan berkomitmen tinggi dalam berlatih.
Setiap hari, Sarah menjalani latihan pagi , siang , sore , dan malam hari diselingi kegiatan perkuliahan daring di dua Universitas: Fakultas Hukum di Unisal Bandung dan Fakultas Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi (PJKR) di Universitas Islam 45 Bekasi.
“Sarah itu anaknya pendiam, tidak banyak bicara, dan hari-harinya hanya diisi dengan latihan. Hari liburnya hanya Minggu, itupun digunakan untuk istirahat penuh,” ujarnya.
Ia menolak tudingan yang menyebut Sarah tidak memiliki etika. Menurutnya, banyak pihak, termasuk pelatih, justru menilai Sarah memiliki sikap yang sopan dan sportif, baik di dalam maupun di luar ring.
Ada data yang mengatakan bahwa etika Sarah itu bagus , hal ini disampaikan langsung oleh Ketua Pengprov Muaythai Indonesia Jabar , ” Di atas ring, ketika kena pukul pun dia tidak pernah emosi atau membalas dengan membabi buta,” ungkapnya.
Sebagai keluarga asal Yogyakarta, ia menegaskan bahwa nilai unggah-ungguh dan sopan santun selalu menjadi pegangan hidup.
“Kami orang Jogja, menjunjung etika dan tata krama. Jadi kalau dibilang Sarah tidak punya etika, itu sangat tidak benar,” pungkasnya.
Meski merasa terpinggirkan dari dunia Muaythai, keluarga tetap optimistis bahwa prestasi dan kualitas Sarah tidak akan pudar , tanggal 12 Oktober 2025 Sarah akan bertanding di F3Strike Malaysia , membuktikan kemampuan Atlet peraih medali emas PON Indonesia melawan Atlet peraih medali emas SUKMA Malaysia .
“Sarah tetap akan menjadi yang terbaik. Walau sudah terbuang dari Muaythai, kalau emas, di mana pun tetaplah emas,” ujarnya menutup pernyataan.

