Subang, Nitikan.id — Lembaga Adat Karatwan (LAK) Galuh Pakuan resmi mengumumkan rencana pembangunan sebuah keraton megah yang mengusung konsep akulturasi budaya serta perpaduan arsitektur tradisional dan modern. Keraton ini akan diberi nama Keraton Mandalajati Galuh Pakuan dan dibangun di atas lahan seluas 7.000 meter persegi.
Keraton ini diharapkan menjadi pusat tatanan masyarakat Galuh Pakuan dan wadah pelestarian nilai-nilai budaya Sunda. Raja Galuh Pakuan, Rahyang Mandalajati Evi Silviadi SB, melalui Girang Harta Galuh Pakuan, Dewi Kandiaty Paramesti Tine Yowargana, memaparkan bahwa pembangunan keraton akan mengusung tiga konsep utama, yaitua Mandala Rancage (Bumi Alit), Mandala Panengah, dan Mandala Agung (Bumi Ageung).
“Mandala Rancage (Bumi Alit) akan difungsikan sebagai pusat kreativitas, kebudayaan, dan ide-ide yang membentuk karakter sesuai dengan visi LAK Galuh Pakuan yaitu ‘ Ngawangun Bangsa Sunda anu mibanda jiwa anu tangguh, raga anu kuat, rasa anu asih, pikeun ngamulyakeun nu hina nguatkeun nu lemah, minterkeun nu bodo, ngabeungharkeun nu miskin, tug dugi ka wangun tahta raja pikeun rakyat na’,” ungkap Tine kepada awak media, Kamis (8/5).
Selanjutnya, Mandala Panengah akan menjadi ruang pengembangan konsep tatanan keyakinan, keagamaan,kebudayaan, dan nilai-nilai kebangsaan. Sementara itu, Mandala Agung (Bumi Ageung) akan difungsikan sebagai ruang pemantapan ilmu pengetahuan dan implementasinya.
Pembangunan keraton Mandalajati Galuh Pakuan sudah dimulai pada 8 Mei 2025 dan ditargetkan rampung pada November 2025. Dengan berdirinya keraton ini, berbagai kegiatan adat dan budaya diharapkan dapat terpusat di satu lokasi.
“Nantinya, dengan adanya keraton ini, acara-acara kami tidak perlu lagi diselenggarakan di tempat lain, kecuali untuk event besar yang membutuhkan ruang sangat luas,” tambah Tine.
Ia pun mengajak seluruh pihak, khususnya masyarakat adat, untuk mendukung dan mendoakan kelancaran pembangunan keraton ini. “Kami mohon doa dari semua pihak agar pembangunan berjalan lancar dan selesai tepat waktu. Ini semua demi kemajuan dan kelestarian budaya kita bersama,” tutupnya.




