Nitikan.id – Peristiwa hijrah Rasulullah SAW dari Mekkah ke Madinah bersama kaum Muhajirin salah satunya karena didorong oleh kekejaman yang mereka terima dari kaum kafir Quraisy.
Oleh karena itu, pada 622, Nabi Muhammad dan kaum Muhajirin meninggalkan Mekkah untuk hijrah ke Madinah.
Sesampainya di Madinah, kedatangan Nabi Muhammad dan para Sahabat disambut dengan sangat baik oleh penduduk di sana.
Mereka disebut sebagai Kaum Anshar, yaitu kaum yang berbaik hati dan menerima Nabi Muhammad sekaligus pengikutnya, kaum Muhajirin, di Madinah.
Hal pertama yang dilakukan oleh Nabi Muhammad adalah menyatukan kaum Anshar dengan kaum Muhajirin dalam ikatan persaudaraan, mempertalikan hubungan kekeluargaan antara penduduk Madinah dengan orang-orang yang ikut hijrah dari Mekah.
Saat Muhajirin berhijrah, mereka tidak membawa harta apapun. Kaum Anshar menawarkan kebun dan ladang mereka untuk dikelola oleh Muhajirin. Namun Rasulullah SAW melarangnya.
Kaum Muhajirin tidak ahli dalam bercocok tanam seperti kaum Anshar, jika diserahi tugas berkebun maka tidak akan berhasil. Jika suatu urusan diserahkan kepada yang bukan ahlinya maka akan menghasilkan kehancuran.
Kaum Muhajirin yang notabene penduduk Mekah terkenal sebagai pedagang dan pengusaha ulung, sedangkan kaum Anshar terkenal hebat dalam bercoccok tanam. Dua keahlian yang berbeda ini yang nantinya akan menjadi landasan kekuatan ekonomi Islam di zaman Rasulullah SAW.
Kaum muhajirin mendistribusikan/menjual sesuatu yang dihasilkan/diproduksi oleh kaum Anshar.
Muhajirin : Pedagang / Distributor
Anshar. : Produsen / Manufaktur
“Fokus” menjadi kata kunci dari kisah di atas. Fokus dalam hal sekecil apa pun peran, kegiatan, atau pekerjaan akan berhasil efektif dan efisien. Fokus sebagai pegawai, pedagang, pemusik, olahragawan, pejabat, perusahaan dan lain-lain.
Ambil contoh, kisah Kecap Bango, Buavita, atau Teh Sariwangi. Ketiga merk ini pada awalnya milik perusahaan masing-masing, namun ketiga merk ini sekarang menjadi milik PT Unilever.
Mengapa bisa berada di bawah PT Unilever?
Kecap Bango sudah ada sejak 1928, memproduksi sendiri, mendistribusikan dan menjual sendiri. Namun karena bersaing dengan perusahaan besar dengan sumberdaya besar, kecap Bango mulai kalah pamor, karena sumber daya yang dimilikinya terbatas sehingga tidak fokus.
Begitu pun teh Sariwangi, memiliki kebun sendiri, memproduksi sendiri, mendistribusikan dan menjual sendiri. Kewalahan karena sumber daya kurang mumpuni untuk bersaing dengan perusahaan besar.
Unilever sebagai PT besar dengan fondasi yang bagus dalam distribusi, marketing dan branding, akhirnya mengakuisisi dua merk yang nyaris ambruk ini. Pada akhirnya Kecap Bango dan Teh Sariwangi tetap berproduksi ditopang oleh Unilever dalam distribusi, marketing dan branding, bahkan sampai pengembangan riset.
Jadi, ukur sejauh mana kompetensimu. Jika kompetensimu dalam hal produksi, fokus di produksi agar hasil produksimu bagus, enak, keren, lalu cari distributor atau penjual yang berkompeten untuk bekerjasama.
Begitupun sebaliknya.
So… kamu mau jadi Muhajirin atau Anshor ?

