Subang, Nitikan.id – Indonesia dikenal kaya akan ragam kesenian tradisional, termasuk dari Bumi Pasundan, Jawa Barat. Salah satu warisan budaya yang patut dibanggakan dan dilestarikan adalah Toleat, alat musik tradisional asal Subang yang menjadi salah satu pusaka yang patut dijaga dan dilestarikan keberadaannya.
Toleat, atau disebut juga Taleot, merupakan alat musik tiup yang terbuat dari bambu. Uniknya, pada bagian ujungnya ditutup dengan kayu khusus dari pohon berenuk. Menurut Asep Nurbudi, penggiat seni Toleat sekaligus staf Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Kabupaten Subang, penggunaan kayu berenuk memberikan keunggulan tersendiri.
“Lebih bagus kalau menggunakan kayu berenuk, karena selain tahan lama, saat kering bisa diusap dengan air agar kembali lembut dan nyaman digunakan,” ujar Asep saat ditemui di Kantor Disdikbud Subang, Selasa (15/4/2025).
Sejarah Toleat: Berakar dari Pantura Subang
Asep menjelaskan bahwa Toleat pertama kali berkembang di daerah Pantura Subang, tepatnya di Sukamandi, Kecamatan Ciasem. Instrumen ini mulai dikenal luas pada era 1980-an melalui sosok legendaris Mang Parman dalam sebuah pagelaran seni Sisingaan di daerah Tegalurung.
“Beliau (Mang Parman) adalah inspirasi saya. Bahkan kami pernah tampil satu panggung pada tahun 2001 dalam sebuah acara penelitian dari Provinsi Jawa Barat,” kenang Asep.
Dari Jerami Menjadi Instrumen Musik Bernilai Tinggi
Awalnya, Toleat lahir dari kreativitas anak-anak penggembala yang menggunakan jerami untuk menghibur diri. Seiring waktu, bentuknya berkembang menjadi alat musik bambu dengan sentuhan nada tradisional.
“Dulu tidak ada patokan nada atau melodi. Tapi setelah dikaji lebih dalam secara etnomusikologi, Toleat diketahui memiliki tangga nada Salendro 240 cents,” jelas Asep.
Hal ini membuat Toleat fleksibel untuk digunakan dalam berbagai jenis musik, baik tradisional maupun modern.
Pengakuan Nasional dan Upaya Pelestarian
Prestasi membanggakan diraih ketika pada tahun 2021, Toleat resmi diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda Indonesia oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek). Pengajuan ini sendiri dimulai sejak tahun 2019.

“Alhamdulillah setelah proses panjang, akhirnya disahkan juga. Ini kebanggaan bagi masyarakat Subang,” kata Asep.
Tak hanya itu, Subang juga berhasil mencatatkan Rekor MURI pada tahun 2015 dengan melibatkan 1.250 orang dalam pertunjukan memainkan alat musik Toleat secara massal.
Harapan untuk Generasi Muda
Asep menaruh harapan besar kepada generasi muda agar ikut melestarikan Toleat sebagai bagian dari identitas budaya Sunda.
“Mudah-mudahan generasi sekarang mau menjaga dan melestarikan budaya khas Sunda ini, terutama warga Subang sebagai pelopor Toleat,” tutupnya.

