Subang, Nitikan.id – Minat masyarakat Subang, khususnya anak-anak perempuan usia 3 hingga 18 tahun, untuk belajar seni tari semakin tinggi. Hal ini terlihat dari membludaknya jumlah murid di Sanggar Tari Soca Niskala Sunda Galuh Pakuan, yang didirikan sejak tahun 2011.
Tingginya animo masyarakat ini dipengaruhi oleh beberapa faktor. Selain karena tidak dipungut biaya alias gratis, keterbatasan sanggar tari aktif di Subang serta terbukanya peluang prestasi bagi para penari menjadi alasan utama banyak orang tua mendaftarkan anak-anak mereka di sanggar tersebut.
“Alhamdulillah, sejak berdiri kami tidak pernah kekurangan murid. Saat ini ada empat kelas tari dengan jumlah siswa yang cukup banyak. Selain gratis, pilihan sanggar tari di Subang juga masih terbatas, dan kami memberikan kesempatan yang luas untuk berprestasi,” ujar Head Coach Sanggar Tari Soca Niskala Sunda Galuh Pakuan, Arbi Nuralamsyah, saat ditemui RRI di Subang, Selasa (8/7/2025).
Arbi menjelaskan bahwa saat ini terdapat empat jenjang kelas yang dibuka, yaitu kelas Radena (pemula), Katada (menengah awal), Janata (menengah lanjut), dan Rakana (tingkat mahir). Masing-masing kelas disesuaikan dengan tingkat kemampuan siswa dalam mengenal dan menguasai gerakan tari.
“Kelas Radena untuk siswa yang baru mengenal tari. Katada untuk mereka yang sudah menguasai gerakan dasar. Janata untuk siswa yang sudah bisa menari dengan iringan musik yang lebih rumit. Sedangkan kelas Rakana adalah level tertinggi, di mana siswa sudah bisa menciptakan gerakan sendiri, membantu pelatihan, dan masuk tahap mahir,” jelasnya.
Jumlah siswa di masing-masing kelas pun cukup bervariasi. Kelas Radena diikuti lebih dari 40 orang, Katada 20 orang, Janata 12 orang, dan Rakana 12 orang.
Untuk jadwal latihan reguler, sanggar menetapkan hari Minggu sebagai hari utama dengan beberapa sesi, mulai pukul 10.00 hingga selesai. Sesi latihan dibagi menjadi empat waktu: pukul 10.00–12.00 WIB, 12.00–14.00 WIB, 14.00–17.00 WIB, dan 17.00 WIB hingga selesai.
Materi tari yang diajarkan difokuskan pada tari tradisional Jaipongan dengan tingkatan berbeda di tiap kelas. Di semester ini, misalnya, kelas Radena A mempelajari Kai Hyang, Radena B Paris Van Java, Katada A Kewes, Katada B Bentang Bandung, Janata Niskala, dan Rakana Karaton Mandala Agung. Lagu pengiring pun disesuaikan dengan tema dan tingkatan masing-masing kelas.
Selain itu, siswa juga mendapatkan pelatihan teknik dasar menari, teknik melatih, olah tubuh, dan bahkan Muaythai seni sebagai bagian dari pendukung fisik dan ekspresi gerak tari.
Latihan reguler dilaksanakan setiap Minggu, Senin, dan Selasa. Sedangkan kelas kreatif digelar dari Rabu hingga Sabtu. Latihan tambahan akan dibuka jika siswa akan mengikuti festival atau kompetisi.
Meski demikian, Arbi mengakui adanya tantangan dalam pengelolaan waktu dan ruang latihan, mengingat jumlah siswa yang besar dan kebutuhan pembagian waktu yang merata.
“Kendalanya memang soal pembagian ruang dan waktu. Tapi kami berusaha mengaturnya dengan sebaik mungkin agar semua siswa mendapatkan kesempatan belajar yang sama,” pungkasnya.

